Langit.

by 21.00 1 komentar
ini posting-an yang panjang, jadi buat yang mau bacanya nyicil di hp tanpa harus buka blognya lagi, kalian bisa download file PDFnya disini

Happy reading!


“Apa kabar langit?”


Pagi itu masih sama seperti biasanya, matahari sudah meninggi, dan Bumi baru bangun dari tidurnya.
Saat itu pertengahan bulan Ramadhan, kegiatan Bumi biasanya hanya sebatas bangun tidur, cek sosmed, shalat zhuhur, tidur siang, bangun tidur, shalat ashar, cek sosmed lagi hingga buka puasa, dan begitu seterusnya...
Namun berbeda dengan hari ini, pagi ini bumi dibangunkan oleh petikan gitar abang sepupunya, lagu yang agak asing di telinga bumi,..

“Come up to meet you
Tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I had to find you
Tell you I need you
Tell you I set you apart”
Coldplay - The Scientist

Lirik demi lirik yang diiringi petikan gitar itu mengenai Bumi cukup dalam...
Cukup dalam untuk membangunkan rindu yang selama ini dia simpan, yang sebenarnya rindu itu belum pernah tertidur.

Tiba-tiba hape Bumi berdering, ada BBM masuk. Dan itu dari Satria, Teman SMA Bumi yang berbadan tinggi, berambut keriting tanggung, berkacamata dan memiliki 2 dimensi warna kulit, muka hitam, kaki putih.
“Suntuk?”
“Lumayan... kenapa?”
“Kerumah Adit yok?”
“Boleh, bentar aku mandi dulu. Baru bangun ni”
“Oke, aku juga, ketemu di sana ya.”
“Sip”
Singkat cerita Bumi berangkat kerumah Adit.
Sesampai di sana Bumi melihat Adit sedang bicara dengan ayahnya di depan rumah, sembari memegang selembar kertas,
Adit juga teman SMA Bumi, teman sekelasnya Satria. Berbadan gempal, berewokan, rambut klimis dan sedikit mesum
Tenang, mereka aslinya tidak seburuk deskripsi barusan kok.


“Assalamualaikum...” Salam Bumi berlagak sopan karena ada Ayahnya Adit
“Waalaikumsalam, Eh, udah nyampe, yuk masuk” kata adit sambil melihat ayahnya masuk kedalam rumah
“itu apaan?” tanya Bumi sambil menunjuk kertas yang di tangan Adit
“oh ini tiket ke Luar kota, kantor Ayah aku ada acara buka puasa gitu lusa ini, dan aku harus ikut.” Kata Adit dengan memasang wajah malas.
“yaudah ikut aja, berapa hari emang”
“dua hari sih, besoknya udah pulang, katanya tadi sih kalo kalian mau ikut boleh, oh iya sekalian ente kan bisa dokumentasiin kegiatannya, ”
“oh boleh tu, Satria ikut kan? ”
“belum aku tanya sih, tapi kayanya dia mau ikut, suntuk juga aku ntar sendirian di sana, kalo ada kalian kan enakan dikit.”


Dan rencana Bumi, Adit dan Satria pun fix untuk ikut berangkat ke Luar kota.

Keesokan malamnya, Bumi pun mempersiapkan segala sesuatu tuk dibawa kesana, setelah semuanya selesai, Bumi mengambil hape tuk BBM mau nanya ke Adit soal keberangkatan besok,
“Dit, kami standby di rumah besok jam berapa?”
“Kita berangkat jam 10 gitu kayanya, sebelum jam 10 udah dirumah aku lah”
“Baiklah”

Selesai bertanya ke Adit, Bumi iseng ngecek Recent Update dan di sana ada Langit yang baru aja mengganti Display Picture.
“Kamu makin indah aja ya?” ucap Bumi dalam hati...

Langit adalah masa lalu Bumi 3 tahun lalu, Gadis yang pernah menjadi penenang hati terhebatnya, hingga akhirnya mereka berpisah, Bumi pernah meminta kesempatan sekali lagi kepada Langit untuk bisa bersamanya, namun Langit menolak, sudah 3 tahun berlalu, selama 3 tahun ini mereka sangat jarang bertemu, mungkin hitungan jari masih lebih untuk menghitung berapa kali semesta mempertemukan mereka,padahal jarak rumah mereka hanya berkisar beberapa kilometer saja, teman Bumi adalah teman Langit juga, kampus mereka berdekatan. Tapi... untuk bisa berjumpa dan bertegur sapa, sepertinya sangat mustahil... wajar, rindu yang Bumi punya tak pernah tertidur untuk Langit.

Bumi memberanikan diri untuk menyapa Langit malam itu, namun... keberanian Bumi untuk mengirimkan “Hai Langit, apa kabar?” tidak cukup besar, alhasil... kata-kata yang telah dia ketik, kembali di hapusnya.

Sulit untuk Bumi memejamkan mata malam itu...
Rindu yang ditahannya terlalu besar
**********


Keesokan harinya...

Bumi dan Satria sudah sampai dirumah Adit, selang beberapa menit mobil angkutan yang di booking pun tiba, setelah selesai memasukkan semua barang, mereka pun siap untuk berangkat.
Bumi memilih untuk duduk di kursi paling belakang sendirian, sedangkan satria dan adit duduk di barisan tengah.

Bumi mengeluarkan hape dari kantongnya, dan kembali melihat kontak Langit sambil begumam “Ah, aku coba chat deh” 

“Hai Langit..” dan kali ini Bumi berhasil menekan tombol kirim.

Selang beberapa puluh menit berlalu, masih belum ada balasan dari Langit.

“mungkin dia lagi sibuk ya” ujar Bumi dalam hati.

Bumi kembali memasukkan hapenya kedalam kantong, dia ngga mau berharap terlalu besar Langit akan membalas BBMnya.

Bumi membenarkan posisi duduknya, sambil melihat keluar. Cuaca mulai mendung, dan perjalanan masih 4 jam lagi.

Tiba-tiba Bumi merasakan hapenya bergetar, 

“Eh, apa dia balas ya?” gumamnya

Dan kali ini benar, notifikasi itu berasal dari Langit.

“Hai juga bumi” 

Balasan Langit berhasil mengembangkan senyum di wajah Bumi.

“Kamu lagi sibuk?” tanya Bumi membalas BBM Langit.
“ngga kok, kenapa?”
“Bumi pengen cerita, tapi nanti aja deh pas Bumi pulang dari Luar kota ya.”
“mau cerita apa? Emangnya ngapain kesana?”
“cerita apa aja, kan kita udah lama ngga pernah ngobrol lagi,
ada acara, jadi aku diminta tolong tuk dokumentasi”

Percakapan mereka terus berlajut, namun harus berakhir karena hape Bumi yang mulai lowbatt, 

“eh hapenya lowbatt ni, nanti kita sambung lagi ya.” Isi BBM bumi ke Langit.
“oh oke deh...” balas langit

hape bumi memang sudah uzur, baterenya udah bocor dan ngga bisa di cas lagi,  jadi harus di cas dengan carger kodok, ya... kata orang namanya begitu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam, mereka pun tiba.
Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang, pukul 3 siang apa sore sih? Oke abaikan.

Bumi masih dengan pikirannya, memikirkan bagaimana harus bersikap kepada langit nantinya...

“OI, BENGONG AJA!!!” teriak Adit seraya menepuk pundak Bumi.
“ah kampret. Buat kaget aja...” jawab bumi jengkel
“kenapa? Karena Langit? Udah nanti ajaa... yok main tenis meja sambil nunggu buka” kata Adit sambil berjalan menuju sebuah ruangan. 

Dan bumi pun ikut ajakan Adit untuk gabung main tenis meja, dan ini merupakan kali pertama Bumi main tenis meja, ya seperti pemula pada umumnya... mukul kemana, bolanya kemana. 
meskipun demikian, keseruan itu cukup membuat Bumi lupa sejenak dengan Langit, karena juga nyokapnya Adit ikutan main Tenis Meja dengan gaya hebohnya khas para ibu-ibu pada umumnya.

Setelah lelah bermain tenis meja yang cukup menguras tenaga, mereka semua mulai beres-beres tuk bersiap berbuka puasa, dan Bumipun mulai dengan tugasnya dokumentasi acara.

Malamnya

Berhubung mereka semua capek jadi memutuskan untuk skip shalat tarawihnya malam ini (baca : males)

Malam itu langit bertaburan bintang, sangat berbeda seperti di kota tempat Bumi tinggal, terlalu banyak polusi cahaya yang menutup pancaran cahaya bintang-bintang.

Bumi mencoba mengabadikan beberapa foto bintang di sana, namun setelah dia pikir-pikir... mungkin lebih baik kali ini dia duduk saja, diam menikmati keindahan semesta...
“kira-kira langit lagi apa ya?” batin Bumi, sebenarnya Bumi ingin menghubungi Langit, namun baterai hapenya masih belum penuh. 

“ntar aja deh, setelah tarawih coba hubungi dia.” pikir Bumi

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

“udah siap?” tanya Adit ke Bumi
“memangnya mau kemana?” 
“kita ngga tidur disini, ngga ada kasur jadi kata si bos sih kita tidur di hotel” jawab Adit dengan santai
“serius? Hebat bener kita bertiga tidur di hotel” jawab Bumi yang masih ngga percaya
“ih ngga percaya, tuh bentar lagi kita berangkat. Udah kemasin kamera dll gih” jawab Adit sambil meninggalkan Bumi

Dan ternyata Adit ngga bercanda...

“kalian malam ini om antar ke hotel ya?” kata Ayah Adit

Bumi merasa mereka seperti sedang dihadapan penjaja kesenangan malam, dan mereka yang menjadi barang dagangannya.

“Om antar ke hotel??? Kok geli ya dengernya” batin Bumi yang mulai berpikir tidak normal

Dan singkat cerita mereka sampai ke sebuah Hotel yang lumayan terkemuka di kota itu.
Begitu sampai...

“ini mah ngga layak dibilang hotel, lebih mirip losmen” kata Bumi pelan

Ternyata hotel tempat mereka menginap malam ini diluar ekspektasi mereka bertiga.

Setelah semua prosedur penyewaan kamar selesai, dan memasukkan semua barang, mereka bertiga berencana untuk jalan-jalan keliling kota dan mencari tempat untuk sekedar nongkrong.

“eh lupa, Langit” kata Bumi seyara mengeluarkan handphonenya dan mulai menghubungi Langit melalui BBM

“malam ini kami tidur di hotel loh” bumi memulai percakapan
tidak lama Langitpun membalas
“serius? Gaya kali kalian tidur di hotel...” 
“hehehe, namanya aja hotel, bentuknya sih kaya losmen”
“apa jugaaaa”

Dan percakapan mereka pun berlanjut hingga peringatan hingga muncul peringatan low batt pada handphone Bumi
“ Langit, udah low batt... kita pindah ke mana ni? Path talk? FB?” 
“oh, yaudah kalo gitu besok aja lagi kita chattingnya”
“tapi masih rindu,” balas bumi nekad, setelah sekian lama akhirnya dia memberanikan diri untuk bilang rindu ke Langit
“yaudah pindah ke FB aja, path talknya di iPad” jawaban Langit langsung mengukir senyum terlebar yang Bumi punya.

“dit...” 
“kenapa?” tanya Adit ke Bumi
“pinjam handphone dong, mau chatting sama Langit” kata Bumi dengan muka memelas
“yaudah pake lah, tapi aku juga lagi chatting, gantian ya?” jawab Adit
“iya ngga apa... yang penting aku bisa tetep chat sama dia” jawab Bumi sambil sumringah
“iya iyaaa, usaha yaaa”

“hai hai...” Bumi memulai percakapan melalui chat FB
“iyaa” balas Langit
“ini udah online di FB, bentar lagi di sapa tuh sama makhluk alay yang di FB”
“Bumi berarti lah, kan Bumi yang sapa barusan”
“ih enak aja, Langit tuh yang alay”

Dan percakapan mereka pun terus berlanjut membahas siapa yang paling alay, percakapan inilah yang dirindukan Bumi, saling ejek siapa yang paling alay, membahas masa-masa alay satu sama lain...

Tiba-tiba ada notif dari BBM Adit

“Dit, nih ada BBM masuk” kata Bumi sambil menyerahkan handphone ke Adit
Dan itu terus berlanjut, Bumi dan Adit saling bergantian menggunakan satu handphone untuk balas pesan.

“kayanya ribet deh, kalo kita saling oper-oper gini tiap ada pesan masuk, udah pake tab aku aja gih” jawab Adit menyelesaikan masalah saling oper handphone
“kenapa ngga dari tadiiiii???” jawab bumi sedikit geram

“Bakalan susah komunikasi dengan Bumi kalo gini terus, harus pinjam gadget orang, tapi beli handphone barupun ngga mungkin” pikir Bumi putus asa

“Bumi, Langit udah ngantuk nih. Bumi belum balik ke hotel?” balasan Langit membuyarkan lamunan Bumi
“Oh yaudah kamu tidur aja terus, Bumi masih di warkop ni”
“yaudah, Langit duluan ya... daa Bumi”
“iyaa.. tidur nyenyak ya Langit...” balas bumi mengakhiri percakapan.

Percakapan singkat Bumi dengan Langit sangat berhasil membuat Bumi senyam-senyum terus hingga mereka kembali ke Hotel.

Bahagia untuk Bumi itu sederhana, percakapan singkat dengan Langit. Itu sudah lebih dari cukup

Bermula dari hari itu, Bumi dan Langit semakin sering berkomunikasi, mulai dari awal Bumi bangun tidur hingga kembali bertemu kasur.

Beberapa hari setelahnya...

Bumi sedang ngobrol via LINE! Dengan Langit lewat laptopnya, ya baterai handphonenya masih bersama dengan carger kodok.

“dek, kalo disuruh milih, pilih laptop baru apa hape baru?” kata kakak Bumi yang tiba-tiba masuk kedalam kamar
“HAH? Kok tiba-tiba nanya itu?” jawab Bumi dengan heranan
“iya... jawab lah, pilih hape baru apa laptop baru?” jawab kakaknya mengulang pertanyaan
“aduh, susah ni... milihnya.” Jawab bumi sambil berpikir

Di satu sisi, dia butuh laptop baru demi menunjang kebutuhan kuliahnya, buat film, dan sidejob desain grafisnya, karena juga dia ngga punya laptop pribadi, laptop yang selama ini dia gunakan sebenarnya adalah laptop bersama; ayah, kakak, dan Bumi. Namun disisi lain, dia memikirkan komunikasi dengan Langit yang sulit karena handphonenya sudah terlalu ringkih.

“lama ih jawabnya, soalnya aku ada hape baru nih.” Jawab kakaknya sembari menunjukkan ipun 5 s di tangannya, sontak membuyarkan lamunan Bumi

“whaaaaaaat ? Dari mana itu barang!” teriak Bumi terduduk kaget
“hehehe pacar aku beliin.” Jawab si kakak sambil melet
“whaaaaaaaat theeee faaaaaaak!” Bumi semakin kaget
“yaa, uangnya aku gantilah nanti ke dia seloo, makanya pilih apa. 
Soalnya Ayah yang nanya, kasian lu nya dari masuk kuliah sampe mau lulus,
masih sama hape bodoh itu” jawab si kakak mencoba menenangkan Bumi.

“gini, emang kalo aku perlu hape baru, atau laptop dari mana duit?” tanya Bumi yang masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan yang dia dengar barusan
“adalaah, pokonya pilih aja salah satu” jawab si kakak dengan santainya.
“oke aku milih hape aja” jawab Bumi tegas

Bumi sudah memilih, berkomunikasi dengan Langit merupakan hal yang lebih penting dibanding yang lainnya.
Menjalin komunikasi dengan ia yang sudah lama pergi. Dan sekarang ada di depan mata itu...

Priceless.

“dulu aku beli ini juga karena kamu loh Langit...
dulu kamu suka main Plants VS Zombie kan di laptop kamu?
aku berusaha biar bisa beli android ini, biar kamu bisa main disini... ngga harus di laptop
jadi kamu ngga bosan kalo lagi jalan bareng, kamu bisa main game disini, 
sayangnya kamu belum sempat main game itu disini, 
kita udah duluan pisah... umur hape ini sama dengan kepergian kamu, 
udah 3 tahun” Bumi membatin seakan berbicara kepada Langit sambil melihat handphonenya

Dan... setelah proses deal tadi, seminggu kemudian, tibalah handphone baru bumi yang dia beli dari toko online yang sebelumnya di kabarkan menipu, belinya ipun 5 malah dikirim sabun.

Tapi semesta tidak setega itu, Handphone pesanan Bumi sampai tanpa ada kurang satu hal pun.
Dan mulai dari dari hari itu, tidak ada lagi alasan lowbatt bagi Bumi.

Selamat nak

***********

“Halo?”

Hari-hari Bumi mulai berwarna, dan terus semakin berwarna dengan adanya Langit yang terus menderingkan handphone baru Bumi yang selama ini tidak pernah berhenti Bumi tunggu deringnya.
Pada suatu malam...

“Hai Langit...” Bumi memulai percakapan dengan Langit
tak lama handphone Bumipun berdering
“Hai juga Bumi, pasti ngga tarawehkan?” balas langit
“Enak ajaaa. Ada yaaa, terus lanjut nongkrong bentar nih”
“oh kirain, kan biasanya Bumi malas gitu~” Balas Langit dengan stiker mengejek

“kira-kira Langit mau ngga ya kalo aku ajak telponan?” pikir Bumi

“eh, malam ini telponan mau ngga?” Bumi memberanikan diri bertanya kepada Langit
“boleeeh, bentar lagi yaa jam-jam 11” jawaban Langit spontan membuat Bumi ingin segera pulang
“oke deh Langit Bumi pulang sekarang deh yaa” balas Bumi dengan wajah berseri sepanjang hari.

“eh aku pulang duluan ya?” kata Bumi pamit ke teman-temannya
“eh cepat kali?” tanya Adit
“Langit” jawab Bumi singkat sambil mempraktikkan gaya menelpon 
“oh yayaya lanjut”

Bumipun langsung bergegas pulang, dan tentu... dengan wajah berseri sepanjang hari
Sesampai dirumah Bumi langsung mengabari Langit bahwa dia sudah dirumah.
“Bumi udah dirumah yaa..”
“iyaa, bentar ya mau cuci muka dulu, Bumi beres-beres aja dulu kan baru sampai rumah”
“okedeeh” jawab bumi mengakhiri percakapan

Tidak lama setelahnya...
“udah ni, kita telponan lewat apa?” isi pesan Langit yang masuk ke LINE Bumi
“lewat Line ajaa. gratiss” balas Bumi

“Halo...” Terdengar suara Langit di ujung telepon
“Ya, haloo.. terdengar kan suara Bumi?” jawab Bumi dengan perasaan senang yang tidak bisa digambarkan.
“terdengar kok, bersih kali malah suaranya” suara lembut Langit mengukir seyum tipis di wajah Bumi.
“Suara kamu lucu kali... jadi makin rindu deh ngobrol secara langsung sama kamu” kata Bumi
“Mana ada, ini biasa aja loh bicaranya... mana ada lucu” jawab Langit yang sepertinya di sana dia menahan malu.

Dan malam itu mereka berdua bercerita seperti orang yang sudah lama tidak berjumpa, dan memang kenyataannya seperti itu...
kurang lebih 3 jam mereka saling bercerita, saling mengejek, dan saling meresonansi kenangan 3 tahun lalu...

“Kamu udah ngantuk ya?” tanya Bumi
“iya nih, ngga sanggup lagi...” jawab Langit dengan suara khasnya menahan ngantuk
“lucuuu suara kamu nahan ngantuk gitu” kata Bumi girang kepada Langit
“alaaaah orang udah ngantuk masih digangguin lah sama Bumi”
“yaudah kamu tidur gih, jangan di jawab lagi tutup terus matanya”
“iya.. udah dari tadi tutup matanya” Langit kembali menjawab
“ih masih dijawab yaaa. Tidur teruus. Mimpi yang indah, tidurnya jangan lasak tu”
“iyaaa ngga lasak lagi loh tidurnya, Langit tidur duluan ya... ”
“iyaa nite Langit, mimpi indah ya... tidur nyenyak” 

Setelah bumi mengakhiri percakapan mereka malam itu...

Bumi tidak langsung menutup telepon, dia masih mendengar suara Langit yang sudah tidur, sesekali terdengar suara Langit membalikkan badannya, 

“coba aja dulu kita ngga pisah ya...” Bumi berbicara dalam pikirannya

**********

Setelah malam itu mereka semakin sering menghabiskan malam dengan bercerita satu-sama lain...
pernah suatu malam setelah Idul Fitri...

“Menurut kamu, gimana tentang mereka yang mencoba untuk balikan?” tanya Bumi ke Langit ditengah pembicaraan
“emmm gimana ya?, bukannya kalo kita balikan itu kaya membaca buku yang sama, yang dimana kita udah tau endingnya?” jawab Langit
“iya sih, tapi bukannya, mereka yang udah pisah itu bukan lagi orang yang sama? 
Karena juga... rasa kecewa, sakit, patah hati dan merelakan itu mengubah seseorang kan?
Ya contohnya misal kita deh, Langit yang sekarang bukan lagi Langit 3 tahun lalu kan? 
Begitu juga dengan Bumi sekarang. 
Jadi ibaratnya, kita memang membaca buku yang memiliki judul yang sama, penulis yang sama, tapi bukan lagi cerita yang sama, karena mereka bukan lagi penulis yang dulu, mereka udah berubah. Jadi seperti membaca buku yang diangkat kembali dengan cerita dari sudut pandang orang yang berbeda, tentu endingnya juga beda, ya kan?”

Langit terdiam sejenak...

“iya juga sih...” jawab langit pelan,
“apa yang aku bilang barusan bisa mengubah sudut pandang dia ya?
aku juga bukan lagi orang yang dia kenal dulu kan...” Bumi berbicara dalam benaknya
Bumi berharap analogi tadi bisa mengubah pandangannya tentang dia ingin kembali lagi bersama langit
Dan memang, Langit menjadi alasan utamanya perubahan Bumi selama ini...

**********

“Apa aku harus sering-sering camping?”

Beberapa setelah hari itu, seperti ada yang berbeda dari Langit
Langit jarang membalas pesan Bumi, terkadang juga membalas secara singkat...
sangat berbeda dengan Langit belakangan ini...

Bumi menanyakan kepada langit kenapa, namun ya seperti perempuan pada biasanya...

“Ngga kenapa-napa kok...”

Dan hal itu bertahan cukup lama, hingga pada suatu hari Bumi berencana untuk camping berdua dengan teman SMAnya, Andre, yang beruntung bisa kuliah di tempat impian Bumi, Psikologi USU. Dan sekarang kebetulan libur Lebaran jadi pulang sebentar, berhubung Andre belum pernah sekalipun camping di sana

 “Kayanya kita cuma berdua deh, yang lain pada ngga bisa, gimana? Yakin?” tanya Bumi ke Andre memastikan kejelasan rencana lewat BBM
“ngga apa, selama ngga sendirian aja akunya. Bisa pergi ngga bisa pulang ntar” balas Andre
“Oke kalo gitu jam 4 sore udah dirumah aku, siapin terus barang pribadi, baju cukup satu potong aja, sleeping bag, tenda, kompor dll ada sama aku” balas bumi mengakhiri percakapan

Dan tidak lama Andre sudah tiba dirumah Bumi, sekitaran jam 4 sore setelah shalat Ashar mereka berangkat, dengan modal nekat.

Berhubung mereka hanya bawa logistik untuk begadang dan esok paginya, karenanya Bumi memutuskan untuk membeli nasi bungkus sebagai makan malam mereka di sana.

Dan waktu berlalu hingga menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit, mereka tiba di lokasi awal camping. Untuk sampai ke lokasi camping butuh waktu kurang lebih 30 menit jalan kaki dengan 3 kali istirahat, berhubung Andre sudah mulai gemuk dan jarang olahraga, mereka butuh waktu dua kali lebih lama, dan juga di awal camping, sendal Bumi putus...

“aduh! Putus sendal aku ni Ndre!” seru Bumi ke Andre spontan
“jiaak! Udah berumur tuh sendal...” jawab Andre sambil sedikit tertawa
“yaudah lah jalan dengan sebelah sendal, setelah 6 tahun selesai juga masamu kawan” Kata Bumi berbicara kepada sendal putus yang di pegang.

Dan mereka melanjutkan perjalanan, Bumi mengabaikan kaki kanannya yang berjalan tanpa sendal.
tak berapa lama,

“Ah, ngga adil nih” Bumi berbicara sendiri
“loh ngga adil kenapa? Karena aku pake sendal?” jawab Andre, sepertinya dia merasa bersalah
“bukan, aku merasa ngga adil aja, kaki kiri jalan pake sendal, kaki kanan nyeker” jawab Bumi dengan pernyataan yang sepertinya tidak penting
“bisa gitu ya?” Jawab Andre bingung dengan kening mengkerut
“yaudah lah aku nyeker aja.” Kata Bumi sambil melepaskan sendal di kaki kirinya.

Kejadian itu benar-benar memperlambat jalan mereka.

Dan jam sudah menunjukan pukul 17.15 WIB, ini merupakan perjalanan camping terlama yang pernah Bumi lalui untuk track ini. Karena Bumi harus ekstra hati-hati dalam memijakkan kakinya. 

Dan kehati-hatian Bumi tidak begitu berpengatuh, 

“adaw! Kepijak duri nih kayanya, bentar Ndre” teriak Bumi sambil melihat kaki kakannya.

Dan benar, Bumi memijak sesuatu, bukan duri, ternyata ada Batu yang tajam dibawah dedaunan yang Bumi pijak.

“koyak kayanya kaki aku Ndre
pake apa ini aku tutup lukanya? Lupa bawa P3K kita nih” kata Bumi sambil melihat kearah Andre yang sedang mencari posisi untuk duduk.

“pake Buff?” tanya Andre
“ngga ah, ngga bisa pake lagi ntar, darah ini” kata Bumi sambil mencari dedaunan untuk mengelap darah di kakinya
“yaudahlah aku pake aja sendal putus ini” kata Bumi sambil mengeluarkan sendal dari tasnya

Mereka pun melanjutkan perjalan dengan Bumi yang berjalan pincang.
Dan tentu kejadian itu semakin memperlambat jalan mereka, belum lagi darah di kaki bumi terus mengucur hingga telapak kaki bumi sudah merah sepenuhnya.

Langit sudah mulai gelap, suara jangkrik mulai terdengar dan mereka masih di tengah Hutan. 

“masih jauh?” tanya Andre memecah keheningan
“udah dekat kok, coba dengar deh... udah terdengar suara deburan Ombak”
Lokasi camping mereka berada di pinggir pantai, jadi untuk tiba di sana mereka harus masuk membelah hutan dengan medan yang cukup penuh tanjakan curam

Setelah berjalan beberapa saat setelah insiden tadi, mereka sudah menemukan sumber Mata Air yang menjadi ciri khas dari lokasi Camping tersebut.

 “oke kita udah sampe di Mata Airnya. Aku bersihin luka dulu bentar” kata Bumi sambil mengambil air dan membasuh lukanya

“oke lukanya udah bersih ni Yuk lanjut” Kata bumi sambil memakai kembali sendal putusnya

kurang lebih 100 meter mereka berjalan, tibalah mereka di lokasi Camping.

Tempat yang dimana sebuah pantai berpasir agak berwarna merah muda ini diapit antara dua bukit yang rimbun oleh pepohonan, dan mereka disapa oleh matahari yang mulai ingin terbenam, warna jingga diantara garis horizon mulai semakin pekat.

Mereka tidak langsung mendirikan tenda, mereka berdiri terdiam melihat Matahari yang mulai tenggelam di sisi lain bumi. Ditemani dengan suara deburan lembut ombak mencium tepi pantai.
Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka, yang mereka tahu... semesta itu punya hal indah yang selama ini sering mereka lewati.

Matahari sudah sepenuhnya terbenam, warna jingga dan magenta bercampur apik bersama awan sore

“udah cukup bengongnya, sekarang kita pasang tenda” suara Bumi memecah keheningan.

Singkat cerita tenda sudah berdiri tegak menghadap ke laut lepas.

“Eh, aku belum hubungi Langit, bilang aku udah sampe” kata bumi ke Andre yang sedang membakar rokoknya

“Bumi udah sampai nih di lokasi Camping, dan tau apa? Putus sendal, kepijak batu, kaki berdarah dan pincang-pincang sampai sini.” Tulis Bumi di pesan BBM

Send

“Untung ada jaringan...” Bumi bergumam dalam hati

Langit belum membalas pesan Bumi,

Langit malam mulai semakin pekat, bintang-bintang sudah mulai menampakkan dirinya...

Inilah hal yang paling Bumi sukai dari tempat ini, bisa tiduran dibawah ribuan bintang dengan ditemani suara deburan ombak.

Tiba-tiba Handphone Bumi berdering. Dan Langit sudah membalas pesan Bumi

“kan, itulah tahapa main jauh-jauh, jadi gimana tuh?” isi pesan BBM dari Langit

Karena kesenangan, dengan buru-buru Bumi membalas pesan dari Langit

“ih, seru tau... ya gitu jalan pincang-pincang jalan pelan-pelan. Tau apa? 
Banyak kali bintang disini, beruntung kali langit ngga berawan malam ini”

Dan pesan dari Bumi ternyata Pending.

“udah mulai nyari masalah nih jaringan” kata Bumi ke Andre.

Menunggu pesan itu terkirim, bumi mengeluarkan sleeping bagnya dan tiduran sambil memperhatikan bintang-bintang...

Dan perut mereka mulai lapar, dengan cahaya seadaanya mereka makan dengan harapan tidak ada komang atau jangkrik yang masuk dalam nasi bungkus yang seadanya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Bumi melihat ke handphonenya, berharap pesannya sudah tekirim.

dan ternyata, bukan lagi terkirim, melainkan Langit sudah membalas pesan dari Bumi.

“ih, bagus kali ya? Ada kaya di film-film? 
Pengenlah kesana, tapi cewek ngga boleh kan camping di sana?” balas langit
“lebih keren dari film-film, iya ngga boleh... 
hmm nanti Bumi ajak kamu ke Mahameru deh kalo kita udah lulus, kita Camping di Ranu Kumbolo, kaya di Film 5CM. Mau?” balas Bumi dengan pengharapan hal itu bisa terjadi
“mana dikasi Langit jauh kali main-main sama Ayah” balas bumi
“nanti Bumi yang minta iji ke Ayah deh, 
Bumi bilang kalo ada apa-apa semua tanggung jawab Bumi” balas bumi meyakinkan Langit
“ah gaya aja, kaya iya aja deh...” balas langit
“eh bentar ya, Bumi mau cari kayu bakar dulu, 
udah mulai dingin disini” Balas Bumi berharap Langit mau menunggu sejenak
“okedeeh” balas Langit singkat

Bumi dan Andre mulai mencari kayu bakar di sekitar lokasi camping, kurang lebih 20 menit mereka mencari dan mematah-matahkan kayu untuk lebih mudah dibawa, setelah mereka merasa cukup, Bumi dan Andrepun kembali ke tenda.

“udah nih” bumi kembali mengirim pesan ke Langit
Langit membalas
“iya... ”
“kamu lagi ngapain?” bumi memulai kembali percakapan

“baru aja selesai makan malam, ini lagi tiduran aja, kalo Bumi? Makannya udah?” tanya Langit
“udah kok, ini lagi buat api unggun,
coba kamu disini kan... kita duduk di dekat api unggun
saling tukar cerita apa yang udah kita lewati
liat bintang, dengar suara ombak, pasti seru...” balas Bumi
“ih udah mulai ALAY” jawab Langit 
“ih masa dibilang alay, emanglah dia padahal yang alay” bumi kembali membalas
“enak ajaaaaa. Bumi tuh yang alay” balas Langit

Dan percakapan terus berlanjut dengan saling membahas siapa yang lebih alay diantara mereka.
Ini juga salah satu hal yang Bumi rindukan... saat masih bersama, mereka sering bercanda hal itu.
dan ngga ada yang tau kapan selesainya
Di sela-sela membalas pesan Langit, Bumi bicara ke Andre yang dari tadi sibuk mendengar lagu Payung Teduh.
“Ndre, apa aku harus sering-sering camping? Pergi jauh-jauh biar dia Balas BBM aku begini?”
Andre tidak menjawab, hanya mengangkat bahu mengisyaratkan dia tidak punya jawaban.

Bumi melihat ke hamparan Bintang-bintang... dan bergumam
“Disini banyak bintang. Apa aku bisa mendapatkan bintang kami yg telah hilang?”

“Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies
Please see me reaching out for someone I can't see
Take my hand let's see where we wake up tomorrow
Best laid plans sometimes are just a one night stand
I'd be damned Cupid's demanding back his arrow
So let's get drunk on our tears and
God, tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars, trying to light up the dark?”
Adam Levine – Lost Stars

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam lewat, Langit sudah mulai mengantuk dan percakapan Langit dan Bumipun berhenti di sana.

Bumi mengambil rokoknya dan memantikan koreknya.
menarik nafas panjang... menghembuskan kepulan asap itu ke udara

“Ndre...” Bumi memulai percakapan.

“aku pernah baca tulisan, isinya begini...
Did you ever feel so depressed? And walk alone in the middle of the night, light up the smoke. And blow it up... Hope your problems gone as the smoke does?”
“ngga, tapi aku pernah rasa di keadaan itu” jawab Andre
“aku sering, kadang aku keluar jam 2 pagi, jalan kaki... ya gitu. Nenangin pikiran, yang aku sendiri ngga tau apa, cowok itu lebih rumit sebenarnya. Dalam tawa kita, pasti ada satu masalah yang kita sendiri ngga tau apa masalahnya, begitu juga cewek bedanya, dalam senyum manis mereka ada satu masalah yang belum ada jalan keluar” jawab bumi sembari mematikan rokoknya

Malam itu mereka habiskan dengan membicarakan hal-hal seperti itu... hingga malam semakin dingin dan memaksa mereka untuk masuk ke dalam tenda.

**********

“Hai Langit...”

“Dut, kalo kalian nanti ada jalan-jalan gitu ajak-ajak ya?
aku pengen ketemu Langit.” Bumi mengirimkan pesan via LINE! Ke Midut
“kangen yaaa?
minggu ini kami mau long trip ke teluk yg lagi hits itu
mau ikut?” isi pesan LINE! Midut ke Bumi
“ya, begitulah... oke aku ikut. Kabari ya” balas Bumi mengakhiri pembicaraan

Singkat cerita, sehari sebelum long trip.

“eh besok kalian jadi kan long trip? ” suara Bumi diujung telepon
“jadi kayanya, Bumi ikut kan?” jawab Langit
“ikut dong, ngga sabar mau ketemu kamu...” jawab Bumi dengan nada gombal
“alah, nanti pasti canggung Buminya” kata Langit meremehkan Bumi
“eh, enak aja. Kemarin itu yang bilang ngga berani ketemu takut canggung siapaa?” jawab Bumi membela diri
“hehehe, yaudah besok kita lihat siapa yang paling selo ya!” balas Langit dengan nada menantang
“okeee, yang kalah cubit pipi. 
Karena pasti kamu yang bakal kalah woo” jawab Bumi dengan semangatnya
“ya! Kita liat besok yaa” 

Begitulah sepenggal pertengkaran Bumi dan Langit yang saling menantang siapa yang paling woles ketika bertemu nanti...
Keesokan harinya

“kami otw rumah langit ya...” isi pesan BBM dari Midut
“oke otw.” Balas langit singkat

Dan sampailah Bumi kerumah yang  sering dia sengaja lewati tiap malam, hanya tuk sekedar melepas rindu. Yang kadang terlihat sosok Langit sedang menonton Tv, ataupun hanya melihat kamar langit yang lampunya masih menyala...

“udah lama kalian?” Bumi memulai pembicaraan sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Midut, dkk

Bumi melihat ke pekarangan rumah Langit...
ada Langit di sana...

“So nice to see your face again
Tell me how long has it been
Since you've been here (since you've been here)?
You look so different than before
But still the person I adore
Frozen with fear

I'm out of love but I'll take it from the past
All out of words 'cause I'm sure it'll never last”
Gotten – Slash feat Adam Levine

Setelah sekian lama Bumi hanya bisa melihat sosok langit dari sebuah foto, kali ini sosok itu berada tepat di depannya, seseorang yang pernah menjadi penenang hati terhebatnya, yang sebenarnya masih hingga sekarang.

Langit mengarahkan pandangannya ke Bumi, dan ia melihat simpul sebuah senyum favoritnya di wajah itu. Bumi membalas senyuman itu dengan perasaan tidak percaya. 

“kamu memang semakin indah...” batin Bumi

Langit kemudian menghampiri Bumi, 

“Hai Langit” kata Bumi dengan senyum yang dari tadi tidak berhenti tersimpul
Langit tersenyum kembali
“Hai...” jawabnya singkat dibalik senyum itu
“Maaf lahir batin ya...” kata Bumi sambil memberikan tangannya
“iya... lahir batin juga ya Bumi” jawab Langit, sembari menjabat tangan Bumi
Sepertinya ini adalah hari yang dimana Bumi mengukir senyum terlama sepanjang hidup yang pernah bisa ia ingat.

Dan sepertinya juga, Bumi yang akan kalah dari tantangan semalam. Karena dari tadi, jantungnya tidak bisa berdetak secara normal.

Tidak lama, merekapun berangkat ke teluk yang menjadi tujuan mereka, perjalanannya cukup jauh, memakan waktu kurang lebih dua jam kurang, lumayan membuat pantat mereka kebas.

Oh iya FYI Bumi mengendarai motornya sendiri, tidak bersama Langit...
ya begitulah, kalian pasti tau alasannya.

Sebelum berangkat mereka singgah sebentar untuk membeli cemilan di sebuah swalayan yang sudah tidak asing lagi. Yang berwarna biru merah kuning putih. Tebak sendiri

Setelah mereka memilah dan memilih apa yang harus dibeli, dan sekarang saatnya untuk bayar.

“ini aja mas?” tanya mbak kasir swalayan yang berwarna biru merah kuning putih
“tambah itu satu,” kata bumi sembari menunjuk bungkus rokok berwarna merah putih
“loh? Bumi merokok?” tanya Langit dengan wajah sedikit kaget
“eh e... e... iya...” jawab Bumi terbata-bata.
“aduh, salah. Aduh pasti dia ilfeel nih” pikir Bumi

Selesai berbelanja cemilan di swalayan yang berwarna biru merah kuning putih, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan...

Singkat cerita.

Setelah melewati dua gunung... hus jangan mikir mesum

mereka pun tiba... namun belum tiba sepenuhnya, karena ternyata untuk sampai ke teluk tersebut mereka harus melewati muara sungai, kemudian mendaki melewati sebuah bukit, dan baru deh sampai sepenuhnya di teluk itu.

Bumi tau Langit pasti akan menemui kesulitan untuk melewati bukit ini, karenanya dimana ada Langit, pasti ada Bumi di sana tuk jaga-jaga. 

Namun ternyata Bumi harus berterima kasih untuk bukit itu, karena akhirnya Bumi kembali bisa menggandeng tangan lembut Langit, ketika membantu Langit melewati medan yang menanjak dan menurun itu.

“Terima kasih Bukit yang tidak aku ketahui namanya” – Bumi

Setelah benar-benar sampai di Teluk yang sedang hits di kalangan anak gaul yang “katanya” pecinta alam tersebut, mereka semua diam sejenak...

“waaah, bangus kali yaaa... jadi pengen kemari lagi laah nanti” kata Langit setengah teriak dengan nada mengejek

Dan memang, tempatnya tidak seindah yang mereka lihat di foto-foto yang orang-orang posting di Instagram

Ya berhubung mereka sudah sampai, tidak ada salahnya mencoba menikmati, dengan cara...
ya. Selfie.

Dan Bumi kembali bersyukur. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa berada dalam satu frame dengan Langit...
Setelah hari itu selesai... Bumi masih dengan senyum Langit di benaknya.

*********

“Janji ya?”

Bulan sudah berganti ke Agustus, dan dalam bulan ini Bumi harus menjalani KKN selama sebulan penuh di desa yang telah ditentukan oleh Universitas.

Tentu, bayangan Bumi sudah mengawang kemana-mana soal KKN ini, dia tidak peduli bagaimana keadaan Desa yang akan dia tinggali nanti, yang dia pikirkan adalah bagaimana keadaan Langit di sana nanti...

“Langit, gimana kawan-kawan yang satu kelompok dengan kamu?” tanya Bumi via LINE!
“Ngga tau nih, belum dapat semua kontaknya, takut lah nanti pas KKN”
“udah, kamu tenang aja, ngga seperti yang kamu takutkan kok, 
nanti kan bisa aja Bumi ke Desa kamu sesekali”
“jauh kali loh, nama Desanya aja aneh gitu”
“kan naik motor, mau jauh juga sampe kok. 
Eh nanti pas serah terima mahasiswa KKN di sana, kita ketemuan ya?”
“emang Bumi naik apa kesana? Bawa motor ya?”
“iya, bawa motor. Mungkin jam 6 pagi udah berangkat”
“cepat kali kok? Langit mungkin jam-jam setengah 7 berangkat”
“iya, kan biar sempat istirahat sebelum ikut upacara di sana,
semoga kita bisa jumpa ya” balas Bumi mengakhiri percakapan

Dan hari itu pun tiba, Bumi berangkat bersama dengan Be, teman satu kampusnya yang juga dulu teman SMAnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, Bumi sudah siap dengan satu tas ransel perlengkapan kamera beserta laptopnya, sedangkan tas Carrier ukuran 60 liter yang dia isi penuh dengan pakaian untuk satu bulan, sudah dia titipkan ke anggota kelompoknya yang berangkat mengendarai mobil. 

Tidak lama,  Be pun tiba dirumah Langit dengan jaket abu-abu yang biasa dia gunakan, berbeda dengan tas yang Bumi bawa, tas yang Be bawa tidak begitu besar, hanya satu tas berukuran sedang untuk pakaiannya, dan satu tas ransel untuk laptopnya.

Singkat cerita merekapun berangkat,

Setelah menempuh setengah perjalanan, Bumi memperlambat laju motornya karena dia merasakan handphonenya bergetar, ada notifikasi 6 panggilan tidak terjawab, dan ternyata itu dari Langit. Tentu, Bumi panik dan dengan segera menelpon balik Langit... dan tidak ada jawaban. 

Bumi memutuskan untuk mengirim SMS ke Langit.

“ada apaa? Tadi lagi di jalan, ngga tau kamu telepon” sent

Pikiran Bumi mulai kacau, karena tidak pernah Langit menelponnya seperti itu, sepertinya ada hal yang sangat penting.

Tidak lama, Bumi tiba di lokasi tempat berkumpulnya mahasiswa KKN untuk upacara serah terima, dan ia masih mencoba menelpon Langit kembali,

“nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau...” tut. Bumi memutuskan panggilan

“aduh, udah ngga nyambung, pasti udah masuk area yang ngga ada sinyal nih” pikir Bumi cemas

Tidak lama ada SMS masuk, dan itu dari Langit.

“Bumi dimana? Langit ketinggalan Almamater, tadi telpon Bumi kirain Bumi belum berangkat, jadi mau minta tolong ambilin bentar dirumah” 

Balasan SMS Langit menenangkan pikiran Bumi,

“aduh kirain ada apa...” batin Bumi menghela nafas panjang sambil membalas SMS dari Langit
“aduuh kok bisa tinggal sih, kamu sih pasti karena buru-buru kan, Bumi udah nyampe loh, tadi kamu telepon aja udah setengah perjalanan.” Sent

“oh yaudah deh... Langit bentar lagi sampe nih” 
“ok, Bumi tunggu disini ya. Nanti Bumi telepon”

Tidak lama, Langitpun tiba...
setelah mencari kesana kemari, merekapun bertemu.
Bumi senang, dia merasa kehadirannya sudah kembali penting di hadapan Langit.

**********

Sudah hampir dua minggu berlalu, dan tidak ada masalah yang berarti selama Bumi KKN di sana,
hingga suatu hari, Bumi mendapat telepon dari ayahnya...

“Nenek jatuh sakit, dan sekarang koma, 
kapan kamu punya waktu, pulang sebentar ya liat Nenek” seketika Bumi mematung mendengar ucapan Ayahnya di ujung telepon.
“tapi Bumi masih bisa belum pulang yah, 
mungkin 3 hari lagi ya Bumi pulang, Bumi selesaikan program yang lagi Bumi kerjain dulu ya?”
“iya, kapan kamu punya waktu aja, doain yang terbaik tuk nenek ya.”
“iya yah...” ujar Bumi, dan kemudian memutuskan telepon.

Bumi memberitahu keadaan itu kepada teman kelompoknya, dan mereka menyarankan Bumi pulang secepatnya, Bumi mengiyakan saran mereka.

Bumi tidak lupa juga memberi tahu Langit soal itu, karena sekarang hanya Langit yang bisa menenangkan Bumi.

Keesokan Harinya, Bumi pun pulang dari lokasi KKN untuk menjenguk neneknya, dan tidak lupa meminta izin kepada Kades.

Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, Bumi pun tiba di Rumah Sakit dimana neneknya dirawat. Dia hanya bisa diam membisu melihat keadaan neneknya yang terbaring dengan alat yang terpasang di tubuhnya.

Malamnya Bumi memutuskan untuk tidur di rumah sakit untuk menjaga neneknya bersama dengan anggota keluarga besarnya yang juga tidur di sana. Seharian itu Bumi tidak banyak berkomunikasi dengan Langit, hingga malam menjelang...

“udah jam 12, Langit pasti udah tidur.” Pikir Bumi

Bumi sudah membaringkan badannya diatas kursi tunggu di depan ruang ICU, badannya sudah dia bungkus dengan sleepingbagnya, Dari tadi dia belum istirahat sedikitpun begitu tiba darisana, hingga sejenak dia memejamkan mata, dia pun langsung terlelap, Berhubung keadaan sedang seperti itu, dia tidur dalam keadaan waspada, tidak nyenyak sepenuhnya

Tiba-tiba handphone Bumi berdering. Dan sontak Bumi terjaga, dan melihat handphonenya. Siapa jam segini ngechat sambil melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah satu dini hari
dan rupanya itu pesan dari Langit.

“Bumi, Langit ngga bisa tidur, ngga enak perasaan... takut, ngga tau kenapa”

“aduh, kenapa nih.” Batin Bumi.

Dan ternyata handphone Bumi lowbatt. 

“aduuuh lupa ngecas tadi!” Bumi menggerutu sambil mengambil charger handphonenya, dan masalah baru. Dimana dia harus mencari colokan sekarang. 

Sambil membalas pesan untuk menenangkan Langit, dia berlari keliling rumah sakit mencari dimana ada colokan. Setelah lelah mencari, dia menemukannya. Dan itu adanya di meja perawat jaga.

“kak, boleh pinjam colokannya? Mau ngecas hape” pinta Bumi kepada perawat yang sedang membaca sebuah buku di sana.
“oh boleh dek, sini duduk aja ngga apa” jawab perawat itu dengan ramahnya
“makasi ya kak..”

Bumi duduk dan langsung membalas pesan Langit, demi menenangkannya. Karena Langit tidak mau di telepon oleh Bumi, takut mengganggu teman-temannya yang sudah tertidur.

Tidak lama Bumi berhasil menenangkan Langit, dan Langitpun kembali tertidur...

Bumi tetap berada di sana, di meja perawat jaga. Hingga perawat yang tadinya bersamanya sudah pergi entah kemana. Bumi tetap memaksakan diri untuk tidak tidur, dan terus menatap layar handphonenya hingga azan subuh sudah berkumandang.

 Just in case Langit kembali terbangun dan memerlukan dia.


**********


Semua berubah perlahan begitu saja, Bumi merasa kehadirannya semakin penting bagi Langit...

Setelah tiga hari dia pulang untuk menjenguk neneknya, diapun kembali ke lokasi KKN, karena juga saat itu ada perayaan 17 Agustus, dan banyak kegiatan yang harus dia selesaikan bersama anggota kelompoknya.

Saat itu masih tanggal 12 Agustus, seusai rapat membahas bagaimana teknis perlombaan menyambut hari kemerdekaan, Bumi dan Be yang juga berada di lokasi KKN yang sama mulai suntuk karena tidak ada kegiataan sama sekali.

“Be, kita kunjungi Desa temen-temen kita yuk? Coba chat mereka suruh share lokasi”
“bisa juga tuh, wait aku chat mereka” jawab Be sigap

Tidak beberapa lama merekapun mendapatkan lokasi KKN Nadia dan Acik temen se-geng Bumi dan Be dikampus

Singkat cerita merekapun berangkat, dan ternyata GPS kalau di lokasi terpencil tidak begitu akurat, beberapa kali mereka tersesat hilang arah karenanya.

Setelah berputar-putar dan bertanya ke warga setempat, tibalah mereka di Desa dimana Nadia KKN.
Sesampai di sana Bumi dan Be langsung disapa dengan hebohnya oleh Nadia, dan merekapun ikutan heboh karena akhirnya bisa berjumpa dengan Nadia, sebenarnya Be yang lebih heboh karena bisa berjumpa dengan seseorang yang pernah ada di hatinya. Yang mungkin masih hingga sekarang.

Be masih sulit move on dari gadis berwajah manis itu, belum lagi mereka selalu bertemu, satu kampus, satu kelas, dan bahkan satu geng. Tiap hari Be masih bisa melihat wajah nadia, menghirup harum tubuhnya, duduk disebelahnya, jikapun Bumi di posisi Be, tentu... Bumi merasakan hal yang sama, tidak pernah bertemu selama 3 tahun saja masih sulit untuk Bumi melupakan Langit, bagaimana jika posisinya seperti Be? 

Setelah mereka bertiga saling bercerita dan melepas rindu sudah 2 minggu tidak berjumpa, Bumi memutuskan untuk pamit, karena masih ada lokasi yang harus Bumi dan Be singgahi, yaitu Desa dimana Acik KKN.

Dan... tetap sama, mereka kembali tersesat karena lokasi di GPSnya berpindah cukup jauh dari lokasi Desa tempat Acik KKN,

“kampret nih, udah sejam kita mutar-mutar. 
Masih juga ngga nemu” Bumi mulai menggerutu sambil menepikan motornya. 
“GPSnya nih, bentar aku coba telpon Acik” kata Be

Tidak lama setelah itu, Bumipun tau, karena memang dari tadi mereka berputar-putar di daerah yang Acik katakan.

Setelah lebih kurang 20 menit memacu motornya, Bumi dan Be pun sampai di Desa, tempat Acik melaksanakan KKN.

Terlihat dari kejauhan gadis bertubuh pendek yang mengenakan kaos dan celana tidur berwarna tidak senada melambaikan tangan ke arah mereka, dan...begitu tiba di depan rumah tempat Acik tinggal, mereka berdua kaget, Bumi dan Be tidak berhenti mengerutkan kening, rumah tempat Acik tinggal sangat menyeramkan... tidak seperti rumah Nadia, ataupun tempat Bumi dan Be tinggal.

Rumah  yang dicat warna hijau muda itu terlihat sangat tidak terawat, jendelanya tidak memiliki gorden, sehingga Acik dan teman sekelompoknya menutup kaca jendela dengan koran bekas, halaman rumah yang dimana hewan ternak bebas keluar masuk, kadang ada ayam, kadang ada kambing. 

“gila! ini rumah KKN kalian?” tanya Bumi ke Acik penuh keheranan
“iya, beginilah gubuk derita kami” jawab Acik sambil memasang tampang sok sedih di wajah imutnya
“tega amat kades kalian?” sambung Be
“biar kerasa KKNnya, ngga apalah.” Jawab Acik santai
Sama seperti saat mengunjungi Nadia, mereka juga tidak henti melepas rindu bercerita pengalaman selama 2 minggu KKN di sana.

“eh, selfie yuk? Pamer ke temen yang lain” Usul Bumi
“ayooook” jawab Acik yang memang banci kamera

Setelah puas berfoto-foto, dan minum capuccino cincau yang mereka beli di perjalanan, Bumi memutuskan untuk pulang, karena memang hari sudah sore.

“oke deh cik, kami pulang ya, nanti kapan-kapan kami kemari lagi” ujar Bumi
“iyaa... makasi yaaaa sering-sering kemari yaa, aku kangeeen” jawab Acik dengan nada manja
Kembali, singkat cerita mereka berduapun tiba di Desa KKNnya dengan tubuh yang cukup lelah karena terus-terusan tersesat.

Dan Bumi baru sadar dari tadi dia tidak ada menghubungi Langit,

“eh Langit lagi ngapain ya?” pikir Bumi

akhirnya merekapun kembali bercerita apa saja yang mereka lalui seharian ini.

“iiiih, enak kali lah yang jalan-jalan” balas Langit yang baru saja melihat foto Bumi mengunjungi Acik
“nanti yaa Bumi ketempat kamu juga, mau dibawa apa?” 
“nasi uduk. Udah pengen kaliiii” 
“okeee, eh tapi dimana nyari nasi uduk disini ya”
“apa juga tanya minta dibawain apa tadii, kalo ngga tau wooo”
“iyaa nanti dicari deh”

Percakapan mereka terus berlanjut setelah jeda shalat maghrib dan Isya, hingga Bumi sudah berada dalam kepompong tidurnya.

“eh, mau kasi nampak sesuatu...” isi LINE! Langit
“apaan? Kepo nih” balas Bumi
“tapi ngga jadi deh, malu”
“ih, kalo gitu ngapain bilang?”
“ini loh, ada yang aneh ngga?” Balas Langit sambil mengirimkan sebuah foto

Bumi memperhatikan dengan baik apa yang aneh dengan foto tersebut, dan Bumi melihat ada plester luka di dahi Langit. Spontan Bumi kaget.

“itu kenapa kening kamu?
kamu jatuh? Kejedot? 
Kena apa sih?” isi pesan LINE! Bumi yang sudah keluar dari kepompong tidurnya

“jadi tadi kami kan mau jalan-jalan, Langit dibonceng,
terus lewat jalan yang lagi diperbaiki gitu, banyak lubangnya, tau kan jalan itu?
Langit kan duduk nyamping karena pake rok, terus terasa kaya merosot gitu
Langit bilang lah kan ke temen yang bawa motor, eh kayanya aku mau jatuh nih 
abis Langit bilang gitu,rupanya memang bener, Langit jatuh kepala duluan
kejedot aspal ” Balas Langit
“Ya ALLAH! Kamu ngga apa? Selain itu ada lain yang luka?
udah liat badan kamu? Ada yang memar? Luka?
kenapa tadi ngga telpon Bumi? Padahal Bumi tadi lagi di dekat situ, pas ditempat Acik
aduh Langit, buat khawatir deh kamu” balas Bumi dengan paniknya
“cuma luka lecet aja, ngga berani bilang ke Bumi... takut”
“Langit, kenapa harus takut? 
Bumi ngga akan marahin kamu loh, ini bukan Bumi yang pemarah kaya yg pernah kamu kenal
kan kalo kamu kabari Bumi, Bumi bisa kesana, bantuin kamu. Aduh khawatir kali ini loh”
“iya iya lain kali kalo ada apa-apa Langit bilang ke Bumi.”
“ngga enak kali loh khawatir gini, lain kali bilang ya? Janji ya?”
“iya janji...”

Akhirnya jawaban Langit bisa menenangkan kepanikan dan kekhawatiran Bumi.
Dan benar, Langit menepati janjinya...

ketika Langit ingin pulang sebentar dari lokasi KKN karena rindu yang tidak tertahankan untuk kasurnya, Langit juga memberitahu Bumi dari awal dia akan berangkat hingga dia tiba dengan selamat dirumahnya. Dan bukan hanya itu saja, hampir tiap Langit ada masalah, Langit menghubungi Bumi, mencari jalan keluar bersama...

Mungkin terlihat bukan hal yang berarti, tapi bagi Bumi itu hal yang sangat luar biasa, Bumi kembali merasa berarti dimata Langit, setelah sekian lama mereka menjadi orang asing...

Bisa dibilang, Bumi gampang baper.


*********

“Diantara perhatian, selimut, bubur ayam dan mimpi”

Hari demi hari berganti, Hari kemerdekaan pun tiba.
Namun, pada tanggal 17 Bumi jatuh sakit. Akhirnya tubuh Bumi tidak mampu bertahan dengan kesibukannya selama ini.

“kayanya aku ngga enak badan deh” ujar Bumi ke Rifky teman sekelompoknya usai shalat subuh
“kecapean ya? Udah abis ini tidur lagi aja” jawab Rifky santai

Bumi semakin merasa kedinginan, sleepingbagnya yang sudah cukup tebal masih tidak mampu membuat tubuhnya merasa hangat.

Hingga pagi menjelangpun, Bumi masih menggigil didalam kepompong tidurnya.

“udah jam 7, kita harus ikut upacara 17san” kata Rifky sambil menggoyang-goyangkan tubuh Bumi
“aku ngga ikut upacara deh kayanya, aku ngga enak badan”
“oh yaudah, aku berangkat ya”
“iya, kalo aku udah mendingan aku nyusul” jawab Bumi sambil kembali meringkuk dalam sleepingbagnya

Keadaan tidak berubah, Bumi semakin merasa kedinginan, nafasnya panas.

“aduh, asli demam ni” Pikir Bumi dalam benaknya.

Kemudian Bumi mengambil handphonenya dan mulai mengetik pesan BBM ke Rissa, teman sekelompok KKNnya yang merupakan mahasiswa kedokteran, 

“Rissa, kayanya Bumi demam deh, minum obat apa biar sembuh?”
“aduuh kok Buminya sakit pas rissa lagi pulang sih” balas Rissa yang sedang tidak berada di Desa KKN, karena pulang sejenak, untuk mengurus pindahan kosnya

“obatnya parasetamol, terus minum air yang banyak” sambung Rissa
“itu aja? Kalo itu Bumi juga tau, oke deh, makasi ya Rissa”
“iya.. cepat sembuh ya...” Balas Rissa mengakhiri percakapan
“siapa ya aku minta tolong beliin obat?” pikir Bumi
“oh iyaa Be!” seru Bumi sambil mengambil handphonenya dan mulai mengetik pesan ke Be
“ane demam nih, tolong ke pasar depan Desa beliin parasetamol, 
sama roti beberapa potong ya, ntar uangnya ane ganti”

Sent

Tidak lama masuk balasan dari Be

“oke. Ane bergerak sekarang.”

Namun handphone Bumi kembali berdering.

“dimana? ” isi pesan BBM dari kakak Bumi
“dirumah nih, kenapa? Tumben nanya”
“emak nih tiba-tiba suruh aku BBM nanyain elu”
“oh, sebenarnya aku lagi demam nih, tapi jangan bilang sama emak, 
aku takut beliau khawatir pula, udah aku minta tolong Be tuk beliin obat, doain aja aku ngga apa” balas Bumi sambil kembali meringkuk dalam kepompong tidurnya
“oh pantesan... ada kontak batin kurasa emak sama ente, 
tau anaknya lagi kenapa-napa. Iya nanti kabari aku ya”
“oke.” Balas Bumi sambil menaruh kembali handphonenya

Kemudian Bumi terpikir isi pesan kakaknya barusan, memang hebat feeling seorang Ibu, ratusan kilo ngga ada pengaruhnya, tetap aja Ibu punya perasaan yang kuat terhadap anaknya. Dan tanpa dia sadari air matanya mengalir dari ujung kelopak matanya.

Bumi rindu Ibunya. Biasanya jika dia sakit pasti beliau yang merawatnya, diberi selimut, dibuatkan bubur ayam kesukaannya. Fix. Bumi ingin KKN ini cepat selesai.

Tidak lama, Be pun datang membawa yang di pesankan oleh Bumi.
setelah makan dan minum obat, Bumipun kembali masuk dalam kepompong tidurnya.

“makasi ya. Aku ngga tau harus hubungi siapa tadi” 
“udaah biasa aja kali.”
“udah, ente balik ke lapangan upacara aja. Ane ngga apa kok sendiri”
“beneran nih? Yaudah, nanti kalo ada apa-apa kabari”

Kemudian Be pun pamit dan Bumipun tertidur.

4 jam berlalu, Bumi terbangun karena merasa tubuhnya sangat kepanasan. Dan benar, badan Bumi sudah basah dengan keringat, dia pun keluar dari sleepingbagnya.

“wih basah.” Kata Bumi melihat kedalam sleepingbagnya
“Alhamdulillah. Udah sembuh” batin Bumi.
“Aku udah sembuh ya, 
udah banjir keringat nih abis minum obat” bumi mengetik pesan untuk kakaknya
“oke. Take care bro”
“oh iya ngga ada bilang sama emak kan?”
“iyaa ngga ada. Tenang aja”

Syukurlah pikir Bumi, biarkan Ibunya berpikir anak lelaki semata wayangnya ini baik-baik saja.


**********


Malamnya, seperti biasa Bumi menyelesaikan malamnya dengan mengobrol dengan Langit, disela-sela percakapan mereka, Bumi terlintas tentang mimpinya beberapa malam yang lalu.

“eh, ada yang mau Bumi bilang ke kamu”
“jangan buat kepoo”
“iyaaa ini kan mau dibilang, ingat ngga pas Bumi naik gunung kemarin?”
“gunung mana? Soalnya kan banyak gunung yang Bumi pergi”
“aduh, yaudahlah Bumi bilang terus deh ya, pasti kamu tau yang mana
Bumi pernah cerita ke kamu, jika kamu di sana bareng Bumi, kita bakalan cerita banyak hal
kemarin malam Bumi mimpi hal itu, kita berdua di sana di depan api unggun,
Bumi bilang ke kamu, “Bumi rindu bahu kamu.” Selama ini Bumi udah pergi ke banyak tempat
tiap kali Bumi tiba di sana, tetap kamu yang Bumi rindu 
kamu ingat kan? Dulu Bumi senang kali sandarin kepala Bumi di bahu kamu“
“iya ingat”
“ya, kamu punya bahu ternyaman.”
“emmm, ngga tau balas apa...”
“yaudah, kita bahas yang lain yaa”

Percakapan mereka tentang mimpi Bumi terhenti di sana, ya karena memang hanya itu yang ingin Bumi katakan, 

“Kamu punya bahu ternyaman.”

**********

“Kayanya kita sama-sama ketiduran deh...”

Singkat cerita KKN pun selesai.

Akhirnya Bumi dan mahasiswa yang mengikuti KKN lainnya bisa kembali kerumahnya masing-masing, melepas rindu dengan suasana kamar, kasur kesayangan, merasakan kembali masakan rumah, ataupun bagi anak kos bisa merasakan kembali masakan warung langganannya. 
KKN, banyak mengubah cara pandang Bumi terhadap sesuatu, dia lebih mengerti bagaimana cara bersyukur yang sebenarnya. Yang selama ini kita abaikan, bisa jadi hal yang sangat kita rindukan nantinya. Sebulan penuh Bumi hanya tidur di dalam sleepingbagnya, hanya makan seadanya, dan mandi di WC Mushalla. Hanya dengan hal sesederhana ini, dia tau... rumah tempat dia tinggal, kamar yang dia punya beserta kasur tuanya, masakan Ibunya, dan segala hal yang ada dirumah, adalah nikmat dari semesta kepadanya, yang sering dia abaikan.

KKN itu penuh dengan pelajaran bersyukur, dan rindu

Begitu juga dengan hubungan Bumi dan Langit.

Bumi bersyukur semesta mempertemukan mereka kembali, kembali bertukar pikiran, kembali saling melempar perhatian, kembali bertukar cerita, kembali saling berbicara.

“Malam ini kita telponan yuk?” Tanya Langit tiba-tiba ke Bumi melalui LINE!
“hah? Seriusan? Ayuk” 
Bumi yang sedang tiduranpun, terduduk dari posisi santainya karena tidak percaya tiba-tiba Langit yang mengajaknya duluan untuk mengobrol via telepon

“iya, tapi lewat telepon, soalnya tadi kan Langit telepon temen, 
rupanya dapat bonus telepon 2 jam gitu”
“yaudah, jam berapa kita telponan?
Jam 10 aja, biar jam 12 abis” kata Bumi sambil melihat jam tangannya
“boleh deeh” balas Langit disusuli stiker yang bermakna “OK!”
“nanti kalo udah habis paket telepon kamu, kita lanjut via LINE ya
kan udah bagus jaringan kalo udah tengah malam”
“mau ngga yaaaa”
“Mulai deh alaynya”

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, mereka sudah saling bertemu via suara di ujung handphone masing-masing

Langit mulai cerewet bercerita tentang kekesalannya saat KKN, cerita lucunya, sedihnya. Malam itu lebih banyak Langit yang berbicara dengan semangatnya, dan tidak lupa pula dengan suara manjanya. 

Bumi hanya menjadi pendengar setianya.
Entah berapa lama bertahan simpul senyuman di wajah Bumi saat itu,
Bumi merasa, Langit yang dia kenal sudah kembali...

Dua jampun berlalu begitu saja, namun keduanya masih ingin saling bercerita, hingga percakapanpun mereka lanjutkan via LINE!, dan tetap Langit mendominasi percakapan, dia terus bercerita malam itu, Langit yang selama ini Bumi rindukan di ujung telepon, berada di sana...

Hingga akhirnya Langit lelah, dan mulai mengantuk...

Bahagia untuk Bumi itu sangat sederhana, sesederhana mendengar suara Langit di ujung malam.

“Langit udah ngantuk?”
“iya nih.. belum ngantuk kali sih”
“semangat kali sih tadii”
“mana ada... biasa aja loh”

Sebenarnya, Bumi sudah sangat ingin terlelap, namun di sana masih ada Langit yang terjaga. Bumi ingin dia yang menemani tidur Langit, bukan sebaliknya.

Ada diam yang cukup lama saat itu, mereka berdua kehabisan bahan untuk mengobrol, hingga akhirnya... 

Bumi tersadar, ternyata sinar matahari sudah menerangi kamarnya.

“eh ketiduran!” kata Bumi kaget dan langsung mengambil handphonenya 
Dan dia mulai mengetik pesan LINE! Ke Langit.

“Pagi Langit, maaf yaaa semalam Bumi ketiduran.” 

tidak lama...

“Pagi juga Bumi, eh bukannya Langit yang ketiduran ya?”
“nah loh, kayanya kita sama-sama ketiduran deh...”

rasa rindu bumi mendengar suara langit diujung telepon, bercerita banyak hal, tertawa kecil sebelum tidur memang sudah lama terbayarkan, namun rindu dimana mereka berbicara diujung telepon hingga larut malam, sampai akhirnya percakapan berakhir, bukan karena salah satu dari mereka menyudahinya, tapi karena sama-sama ketiduran.. semalam, juga terbayarkan. 

Dan tetap, suara langit masih menjadi alasan tidur nyenyaknya.


**********

“Kenapa Langit?”

Hari ini Bumi bolos ke kampus, lebih tepatnya telat bangun tidur.

“kalian dimana?” Bumi mengirim pesan LINE! Ke grup geng kampusnya
“lagi nongski nih tempat yang kemarin kita bicarain, kemari aja”
“oke, aku kesana.”

Dan tibalah Bumi di sana, seperti biasa, dimanapun cafe yang dia kunjungi, ice chocolate pasti menjadi pesanannya.

Mereka menghabiskan waktu seperti orang-orang yang sedang berkumpul pada biasanya. Pertama membicarakan tentang apa yang terjadi di kampus, berlanjut ke gosipin orang, hingga pada akhirnya, seperti biasa, Bumi bercerita tentang Langit.

Di sela pembicaraan mereka, handphone Bumi berdering, lampu kecil berwarna hijau menyala di notification LED handphonenya, 

“eh bentar kayanya Langit nge-line” kata Bumi ke temannya

“Bumi dimana?”
“di cafe nih, kenapa?”
“Langit sendirian di capcin, kemari lah”
“eh seriusan? Ini kamu ngga lagi dibajak kan?”
“ngga, loh serius”
“yaudah tunggu ya, Bumi kesana sekarang”

Bumi pun meminta ijin untuk balik duluan, karena ingin ingin bertemu dengan Langit.
dengan segera Bumi memacu motornya ke tempat capcin (Cappunico cincau) langganan Langit, dan sesampai di sana ternyata Langit tidak sendirian, dia bersama dua temanya.

“kena tipu nih” pikir Bumi

Setelah memarkirkan motornya Bumi langsung bertanya ke teman-teman Langit

“Bukan kalian yang bajak kan?”

Dan mereka berdua spontan menjawab.
“ngga.. bukan kami, dia sendiri yang Line Bumi tadi”

Mendengar pernyataan mereka, Bumi langsung melihat ke arah Langit.
dan ternyata mereka tidak berbohong, memang Langit yang melakukannya. Telihat dari wajah langit yang sudah tersipu malu dari tadi.

Perasaan bingung dan senang berkecamuk dipikiran Bumi.

“Langit memang mau ketemu sama aku” batinnya.

Langit tidak banyak berbicara, karena teman-temannya asik menggodanya dengan kehadiran Bumi di sana, Langit hanya bisa tersipu malu.
Bumi teringat saat pertama berjumpa dengan Langit 3 tahun lalu, keadaannya sama, mereka berjumpa di temani oleh teman-teman mereka, Langit tidak cukup berani jika berjumpa hanya berdua, persis hari ini. 

Pertemuan Bumi dan Langit hari ini tidak berlangsung lama, waktu sudah menuju maghrib, sudah saatnya mereka pulang.

“Hati-hati ya di jalan...” ucap Bumi ke Langit sambil tersenyum
“Iya, Bumi juga ya...” 

Sesampai dirumah, Bumi menghempaskan badannya ke kasur, sambil melihat handphonenya ingin mengabari Langit bahwa dia sudah sampai di rumah. Namun ternyata Langit terlebih dahulu menghubungi Bumi.

“Bumi udah sampe rumah? Langit udah di rumah ya...” isi pesan BBM dari Langit
“udah kok, baru aja... iya, Langit kamu beres-beres aja dulu nanti kita chatting lagi”

Bumi terus tersenyum mengingat yang terjadi barusan, Bumi merasa keberadaannya semakin penting bagi Langit...

Meskipun, bisa saja hanya perasaannya saja, Bumi tetap senang.
Keesokan malamnya Bumi menghubungi Langit, setelah seharian mereka tidak saling komunikasi

“Seharian ini kamunya ngapain aja?” Bumi memulai percakapan dengan Langit via BBM
“tadi kuliah, terus siangnya rapat himpunan, sorenya duduk di capcin...”
“oh di capcin, sudah ku duga”
“Tadi ada lewat ya?”
“Lewat depan capcin? Ngga kok, kenapa?”
“oh berarti temen Langit salah liat”
“Kalo Bumi lewat, terus liat ada kamu, pasti Bumi mampir”
“jangan... tadi rame..”
“oh yaudah, kalo ngga rame berarti”
“jangan juga, rame ngga rame Bumi ngga usah mampir”
Membaca balasan itu Bumi merasa di tolak oleh Langit...
“kok gitu? Kemarin kamunya sendiri minta Bumi kesana,
kok sekarang tiba tiba bilang begini?” balas Bumi
“iya, itu kan kemarin. Udah lewat. Beda sama hari ini”

Kembali, balasan Langit membuat Bumi tidak percaya apa yg dia baca, Bumi tidak seperti berbicara dengan Langit yang biasanya. Dia bingung dengan sikap langit...

“mungkin ini saatnya aku jujur” pikir Bumi

“Bumi kira kita bakalan seru-seruan malam ini setelah seharian ngga ada komunikasi
kaya biasanya, dan dari yang kamu bilang tadi, Bumi merasa ditolak sama kamu?
apa ini tandanya untuk Bumi berhenti ya?
Langit, pengennya Bumi bicara langsung ke kamu, biar langsung jelas kan
kalo memang kamu memutuskan untuk ngga ada hubungan apa-apa lagi sama Bumi,
ya.. kaya sebelum kita saling komunikasi lagi, ngga apa kok...
Bumi hargai keputusan kamu.” 

Balasan panjang Bumi tidak langsung dibalas oleh Langit...

Satu jam berlalu. Masih tidak ada tanda-tanda balasan dari Langit. 
Hanya ada tanda “R” disana...

“di read doang?” pikir Bumi, sambil menghela nafas panjang

15 menit setelahnya ternyata Langit membalas pesan Bumi, balasan yang cukup panjang, cukup panjang untuk membuat Bumi kembali menghela nafas panjang.

“Langit ngga tau harus gimana ke Bumi sekarang, Menurut Langit kita lebih baik kaya dulu aja,
kaya sebelum kita komunikasi. Langit ngga mau kasi harapan ke Bumi yang nantinya Langit sendiri ngga bisa tanggung jawab. Langit ngga bisa kaya gini terus karena untuk kedepannya Langit ngga tau harus gimana, karena Langit tau Bumi maunya balikan, sampai sekarangpun, Langit ngga bisa Bumi...
Langit minta maaf sebelumnya, kalau mungkin kelihatannya Langit ngasih harapan banyak ke Bumi.
Langit care karena Langit kira kia bisa berteman kaya lainnya, tapi semakin kemari Langit ngerasa semakin kaya orang jahat ke Bumi. Mungkin cara Langit menyikapinya salah, sampai kelihatannya Langit kasi Bumi peluang untuk semakin jauh masuk, maaf Bumi untuk kesekian kalinya, jawaban Langit masih sama kaya 3 tahun lalu. Langit ngga bisa kalau harus balik sama Bumi.”

Bumi hanya terdiam membaca balasan Langit...

“iya... ngga apa kok, makasi yaa...
untuk beberapa bulan ini. Bumi senang kali untuk semua yang udah kamu beri, perhatian kamu, cerita-cerita kita, telponan sampai ketiduran satu sama lain, makasi ya Langit,
Dari dulu, Bumi pengen kali bilang, Bumi sangat sayang sama kamu, nanti kapan ada waktu... Bumi telepon kamu sebentar ya.
makasi ya.. Nite Langit”

Hal yang Bumi khawatirkan terjadi...

Jawaban Langit masih sama seperti 3 tahun lalu, Tidak ada seorangpun yang tau apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya, bertanya kepadanya pun bukanlah jawaban. Karena memang, tidak selamanya jawaban menjadi penawar tanya.
Dan Langit memang seperti Langit, tetap dengan rahasia yang dia miliki,  yang tersimpan dibalik keindahannya.

Bumi mengingat. Dia meninggalkan langit saat masih menjadi kepompong. Dan ingin kembali bersama langit saat dia sudah menjadi kupu-kupu.

Selayaknya kupu-kupu, indah untuk dilihat, namun sangat sulit untuk ditangkap.

Langit yang sekarang, tidak mau bersama Bumi yang sekarang
Terlalu terlambat waktu yang dipilih bumi.

Bumi sadar apa yg udah pernah dia lakukan kepada langit beberapa tahun lalu. 
Tidak ada yang tau seberapa besar luka yang bumi tinggalkan tuk langit. Yang bumi tau. Dia menyesal. Lebih dari yang bisa dia ucapkan.

Belum lagi Bumi mengingkari ucapannya, yang akan terus menunggu Langit untuk kembali bersamanya, Ya...  Langit benar, ucapan Bumi tidak bisa dipegang.

Dari sana bumi belajar satu hal...

Bukan karena kita punya Ibu, kakak perempuan atau adik perempuan menjadi alasan kita tuk tidak menyakiti hati seorang perempuan. Bukan... Tapi karena dia, manusia. 
Terlebih lagi, dia orang yang kita sayangi.

Langit memang masih Langit yang sama dengan segala hal yang Bumi sayangi, tapi Langit bukan lagi orang yang sama,

Langit yang sekarang, tidak bisa menerima Bumi yang sekarang.

Tidak semua orang layak mendapat kesempatan kedua, Bumi sadar dia termasuk orang itu.

Bumi terlalu berharap dengan semua yang telah Langit beri, padahal semua yang Langit lakukan... tidak seperti yang dia harapkan.

Harapan yang Bumi rasakan selama ini seperti melihat cahaya bintang
Cahaya dari bintang, butuh waktu 4 tahun untuk sampai ke mata kita. Bisa jadi bintang yang memancarkan cahaya itu sudah lama mati

Ya, begitulah...

Bumi menikmati cahaya masa lalu, dari bintang yang tak lagi berada di sana


**********

Setidaknya... Hari demi hari yang bumi dan langit lalui selama beberapa bulan ini... Cukup untuk menindurkan rindu yang belum pernah tertidur di benak bumi. 
Dan pengharapan bumi begitu besar, agar rindu itu tidak lagi terjaga..

Dan sampai kapan Bumi akan terus melihat keatas? Ya, selama Langit masih berada di sana.
Pada akhirnya Bumi hanya bisa meminta semesta agar memberikan yg terbaik untuk langit, dan berdoa untuk kebahagiaannya, dengan siapapun orang yang akan bersama dengan Langit nantinya...

Ya,

Terdengar penuh dengan omong kosong memang, tapi ya, apalagi yang bisa bumi lakukan selain itu? Usahanya sudah berhenti di sana. Begitu juga dengan Langit yang sudah berusaha mencoba merima Bumi kembali, namun gagal.

Bumi gagal meyakinkan Langit,
Langit gagal menerima Bumi.

Sekarang yang tersisa hanya percakapannya dan Semesta, yang akan terus ada untuk dia, Langit.
Entah sampai kapan...

Pelajaran terpenting dan terberat yang harus Bumi lalui sekarang... Percaya, semua yang Semesta tuliskan punya alasan tersendiri. Dan yang terberat dari semua itu, ya... menunggu asalan itu datang dan memberi tahu Bumi.

Dan pengharapan Bumi tidak berhenti di sana... Bumi tidak ingin dia dan Langit kembali menjadi orang asing seperti yang berlalu selama 3 tahun ini...

“Something I dont think I'll never understand about relationship is how someone so important can just fade into the background of your life. Why does moving on almost always have to mean losing touch?" - ali berlinski

Untukmu Langit, penenang hati terhebat yang pernah Bumi miliki.
Selamat Ulang Tahun...
tetaplah menjadi Langit yang Bumi kenal, dengan semua keindahan yang kamu punya

1 komentar: